PENALARAN DEDUKTIF
Penalaran Deduktif merupakan suatu
proses berpikir (penalaran) yang bertolak dari sesuatu proposisi yang sudah ada
menuju kepada suatu proposisi baru yang berbentuk suatu kesimpulan.
Corak
berpikir deduktif, yaitu :
1.
Silogisme,
2.
Entimem,
3.
Rantai Deduksi.
1. Silogisme
Silogisme adalah suatu bentuk proses penalaran
yang berusaha menghubungkan dua proposisi (pernyataan) yang berlainan untuk
menurunkan suatu kesimpulan atau inferensi yang merupakan proposisi ketiga.
Silogisme terbagi menjadi
silogisme kategorial, silogisme hipotetis, silogisme disjungtif atau silogisme
alternatif.
a) Silogisme
Kategorial
Argumen
deduktif yang mengandung suatu rangkaian yang terdiri dari tiga (dan hanya
tiga) proposisi kategorial, yang disusun sedemikian rupa sehingga ada tiga term
yang muncul dalam rangkaian pernyataan itu.
Contoh :
1. Semua
karyawan di perusahaan tersebut merupakan sarjana teknik
Semua sarjana teknik
mengerti mengenai mesin
Jadi, semua karyawan di
perusahaan tersebut mengerti mengenai mesin
2.
Semua handphone keluaran terbaru mempunyai fitur canggih
Semua fitur canggih
memerlukan teknologi terkini
Jadi, semua handphone
keluaran terbaru mempunyai teknologi terkini
Kaidah
silogisme Kategorial:
1. Sebuah
silogisme harus terdiri dari tiga proposisi: premis mayor, premis minor, dan
konklusi.
2. Dalam
ketiga proposisi itu harus ada tiga term, yaitu term mayor (term predikat dari
konklusi), term minor (term subyek dari konklusi), dan term tengah
(menghubungkan premis mayor dan premis minor)
3. Setiap
term yang terdapat dalam kesimpulan harus tersebar atau sudah tersebut dalam
premis-premisnya.
4. Bila
salah satu premis bersifat universal dan yang lain bersifat partikular, maka
konklusinya harus bersifat partikular.
5. Dari
dua premis yang bersifat universal, konklusi yang diturunkan juga harus
bersifat universal.
6. Jika
sebuah silogisme mengandung sebuah premis yang positif dan sebuah premis yang
negatif, maka konklusinya harus negatif.
7. Dari
dua premis yang negatif tidak dapat ditarik kesimpulan. Sebab itu, silogisme
berikut tidak sahih dan tidak logis.
8. Dari dua
premis yang bersifat partikular, tidak dapat ditarik kesimpulan yang sahih.
b) Silogisme
Hipotesis
Silogisme
hipotetis atau silogisme pengandaian adalah semacam pola penalaran deduktif
yang mengandung hipotesis. Silogisme hipotetis bertolak dari suatu pendirian,
bahwa ada kemungkinan apa yang disebut dalam proposisi itu tidak ada atau tidak
terjadi.
Rumus proposisi mayor
dari silogisme ini adalah :
Jika P, maka Q
Contoh :
Premis Mayor
: Jika Ani tidak memiliki dana 6 juta Rupiah untuk membayar kuliahnya, maka Ia
akan diberhentikan
Premis
Minor : Ani tidak mempunyai uang sebesar 6 juta Rupiah
Konklusi
: Sebab itu, Ani akan diberhentikan dari kuliahnya
Premis Mayor
: Jika harga BBM dinaikkan, maka masyarakat akan berdemo besar – besaran
Premis
Minor : Harga BBM tidak jadi dinaikkan
Konklusi
: Sebab itu, masyarakt tidak jadi berdemo
Walaupun
premis mayor bersifat hipotetis, premis minor dan konklusinya tetap bersifat
kategorial. Premis mayor sebenarnya mengandung dua pernyataan kategorial. Pada
contoh diatas, premis mayor mengandung dua pernyataan kategorial, yaitu hujan
tidak turun danpanen akan gagal. Bagian pertama disebut
antiseden, sedangkan bagian kedua disebut akibat.
Dalam silogisme hipotetis
terkandung sebuah asumsi, yaitu kebenaran anteseden akan mempengaruhi kebenaran
akibat, kesalahan anteseden akan mengakibatkan kesalahan pada akibatnya.
c) Silogisme
Disjungtif atau Silogisme Alternatif
Silogisme ini dinamakan
Silogisme alternatif, karena:
§ Proposisi
mayornya merupakan sebuah proposisi alternatif, yaitu proposisi yang mengandung
kemungkinan-kemungkinan atau pilihan-pilihan.
§ Sebaliknya,
proposisi minornya adalah proposisi kategorial yang menerima atau menolak salah
satu alternatifnya.
§ Konklusi
silogisme ini tergantung dari premis minornya. Jika premis minornya menerima
satu alternatif, maka alternatif lainnya ditolak. Sebaliknya, jika premis
minornya menolak satu alternatif, maka alternatif lainnya diterima dalam
konklusi.
Contoh :
Premis Mayor
: Kucingku bingung, antara ayam atau ikan yang akan dia makan
Premis
Minor : Kucingku memakan ikan
Konklusi
: Sebab itu, kucingku tidak memakan ayam
Premis Mayor
: Kunci brankas itu tersimpan di lemari atau tasku
Premis
Minor : Kunci brankas itu ternyata ada di tasku
Konklusi
: Sebab itu, kunci brankas tidak tersimpan di lemari.
2. Entimem
Silogisme
muncul hanya dengan dua proposisi, salah satunya dihilangkan. Walaupun
dihilangkan, proposisi itu tetap dianggap ada dalam pikiran dan dianggap
diketahui pula oleh orang lain.
Silogisme
asli/awal :
Premis Mayor
: Karyawan yang lulus seleksi penerimaan pegawai Pegadaian dihubungi oleh
bagian SDM
Premis
Minor : Adi dihubungi oleh bagian SDM
Konklusi
: Sebab itu, Adi adalah Karyawan yang lulus seleksi penerimaan pegawai
Pegadaian
Entimem
: Adi adalah Karyawan yang lulus seleksi penerimaan pegawai Pegadaian, karena
dihubungi oleh bagian SDM
Premis Mayor
: Semua murid yang mau lulus ujian nasional harus mendapat nilai di atas 7
Premis
Minor : Chelsea mendapat nilai di atas 7
Konklusi
: Maka, Chelsea lulus ujian nasional
Entimem
: Chelsea merupakan murid yang lulus ujian nasional karena mendapat nilai di
atas 7
3. Rantai
Deduksi
Penalaran yang deduktif
dapat berlangsung lebih informal dari entimem. Orang tidak berhenti pada sebuah
silogisme saja, tetapi dapat pula merangkaikan beberapa bentuk silogisme yang
tertuang dalam bentuk yang informal.