Senin, 28 Maret 2011

Perekonomian Indonesia II


MAKALAH
KITA PUN BISA SEPERTI CHINA
O
L
E
H

YULIA HESTY WINTORO
28210747
1EB22



UNIVERSITAS GUNADARMA
2011

*    *   *

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini.
            Kami ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen pembimbing kami yang telah membantu kami menyelesaikan tugas ini.
            Tak lupa kami juga mengucapkan kepada para anggota kelompok kami yang telah bersama-sama berusaha menyelesaikan tugas ini dengan sebaik-baiknya.
            Tak ada gading yang tak retak begitu juga dengan makalah yang kami buat. Karena kami merasa bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami meminta saran dan kritik yang membangun dari para pembaca.
            Semoga makalah yang kami buat ini bermanfaat bagi para pembaca sekalian. Amien.





Penulis ,






Pendahuluan

 Indonesia adalah Negara yang sudah sejak lama merdeka namun mengapa perekonomian Indonesia sulit sekali maju seperti Negara – Negara merdeka lainnya, dilihat dari sisi sumber daya alam sendiri Indonesia memiliki potensi yang sangat baik terhadap perekonomian Indonesia namun mengapa Indonesia kurang bisa mengelolanya menjadi perekonomian yang baik.
            Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perekonomian Indonesia seperti kondisi fisik, letak geografis, sumber daya alam, sumber daya manusia, perkembangan tekhnologi, perekonomian Indonesia dan politik di Indonesia semua itu bergantung pada tata cara pemerintah mengatur keuangan bangsa.
          Masyarakat Indonesia harus sangat bisa mengupayakan sumber daya alam sebagai factor yang sangat mendukung perekonomian Indonesia.
         






ISI
I. Indonesia bisa tumbuh seperti china
 Indonesia banyak memperlihatkan potensi untuk berkembang, terlebih lagi banyak kota kecil yang potensial untuk berkembang pesat di Indonesia. "Jika saya melihat China misalnya, mereka telah melihat kota tier ketiga dan empat, yang bisa disebut kota kecil. Jadi (di Indonesia) yang kita perhatikan sekarang ada kota kecil yang potensial, seperti Tasikmalaya," jelas TNS Global Chairman James Hall di Jakarta, Selasa (15/3/2011).
James menjelaskan, aktivitas komersial, pengeluaran untuk konsumsi, jumlah lapangan pekerjaan, tingkat permintaan akan barang-barang konsumsi, hingga penggunaan akan teknologi menjadi sejumlah indikator bagaimana suatu kota kecil berpotensi untuk tumbuh perekonomiannya
Perusahaan riset pasar yang sudah beroperasi selama 30 tahun di Indonesia ini memprediksi akan adanya migrasi dari kawasan rural ke kota-kota kecil dalam lima tahun ke depan. Selain itu, 15 persen populasi urban di kota kecil juga menandakan besarnya potensial bagi investasi.
Tingkat pemakaian produk konsumen bermerek pun masih rendah. Ini memperlihatkan adanya peluang investasi untuk berkembang. "Penggunaan susu bubuk masih rendah di kota kecil. Dan, ada permintaan untuk produk-produk konsumen ini," tambah Research Director Yanti Zen.
Secara keseluruhan, TNS melihat Indonesia akan bertumbuh seperti halnya China. Populasi yang besar, khususnya besarnya populasi yang berusia muda, iklim politik yang stabil, dan perkembangan PDB yang diperkirakan akan kuat untuk beberapa tahun ke depan, menjadi beberapa faktor yang menarik dari Indonesia bagi investor luar.
Beberapa perusahaan multinasional produk konsumsi pun mulai memperlihatkan minat untuk berinvestasi di Indonesia. "Saya mengerti Loreal (merek produk kecantikan) sedang membangun pabrik terbesar di dunia di Indonesia," jelas James menuturkan bagaimana besarnya ketertarikan investor asing berinvestasi di Indonesia.


SUMBER : JAKARTA KOMPAS.COM

II .  KITA BISA BERSAING DENGAN CHINA

Dari segi sejarah, kita mempunyai sejarah yang cukup panjang, tetapi sejarah itu sekarang harus berubah dalam arti, ke depan kita harus benar-benar bermitra, tidak ada yang lebih besar atau lebih kecil. Tentunya Indonesia adalah negara yang dianggap memimpin Asean dan bagi China mempunyai mitra seperti Indonesia dan negara Asean lainnya itu penting baik dari segi konteks global dan regional. Seperti diketahui, sebagian besar produk kita sama dengan China, yangada di dalam pasar kita juga ada di China, dan di sana juga ada produk yang kita hasilkan. Kalau kita mau menjual ke pasar seperti itu, tentunya pertama adalah barang yang sudah pasti kita kompetitif dan dia [China] tidak memilikinya. Untuk fase kedua dari kemitraan strategis antara Indonesia dan China, kita harapkan investasiakan masuk juga ke hal-hal strategis seperti industri manufaktur dan terutama untuk menyinergikan apa yang dilakukan di China dan di Indonesia. Pelaku usaha di sektor besi baja juga sama, sudah ada satu kali pertemuana antara asosiasi di China dan asosiasi kita di sini. Saya rasa mereka melihatnya positif, karena pasar kita yang cukup besar dan mereka melihat ada hubungan pelengkap [komplementer] yang bisa diperoleh dari Indonesia.


KESIMPULAN

     Oleh karena itu kita sebagai warga Indonesia yang kita negara dan cinta produk dalam negeri bisa memnfaatkan sumber daya yang kita miliki. Dan mengembangkan semua itu sebaik mungkin.

Jumat, 04 Maret 2011

Perekonomian Indonesia Pada Pemerintahan SBY


Setelah selama satu dekade dianggap sebagai "orang sakit dari Asia Tenggara", Indonesia saat ini sudah dapat melepaskan imej tersebut dan bahkan dianggap sebagai role model atau anutan di kawasan regional.

Demokrasi telah berkembang dengan pesat dan perekonomian Indonesia berhasil mengatasi krisis finansial global dengan lebih baik dibandingkan negara-negara ASEAN lain. Tiga presiden yang berkuasa setelah lengsernya Soeharto tidak banyak berhasil dalam mengatasi masalah-masalah yang telah mengakar di negara ini. Kekerasan, kekacauan politik, dan stagnasi perekonomian adalah hal-hal yang de rigueur dalam periode tersebut.

Namun pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) berhasil mendobrak dan menjadi katarsis terhadap kebuntuan tersebut. Korupsi dan kemiskinan tetap menjadi masalah di Indonesia. Namun setelah beberapa tahun berada dalam kepemimpinan nasional yang tidak menentu, SBY beserta Wakil Presiden Jusuf Kalla telah berhasil menciptakan kestabilan politik dan ekonomi di Indonesia.

Walaupun dihadang berbagai bencana yang menimpa sejak SBY dan JK menjabat pada 2004- tsunami, epidemi flu burung dan polio, serta melambungnya harga minyak dunia-, Indonesia saat ini adalah negara yang memiliki kestabilan struktural yang jauh lebih baik. Indonesia adalah satu-satunya negara di kawasan regional yang berhasil mengatasi dan mengalahkan mitos "demokrasi yang bermasalah".

Indonesia telah berhasil melampaui masa-masa yang sulit di mana negara ini pernah tersandera oleh anarkisme yang terjadi di seluruh negara kepulauan ini. Dapat dikatakan bahwa "genie of violence" sudah berada di dalam botolnya lagi. Kekhawatiran akan terpecahnya negara ini adalah suatu hal yang usang. Tidak ada bukti akan adanya kekuatan sentrifugal yang akan memicu "Balkanisasi" atau pecahnya Indonesia seperti yang terjadi di negara-negara Balkan.

Tidak ada satu pun serangan teroris di Indonesia sejak 2005. Pencapaian perekonomian oleh pemerintahan SBY sendiri juga tidak kalah signifikan. Pada saat negara-negara lain mengalami "musim dingin ekonomi", Indonesia sepertinya bisa mengatasi badai ini dengan lebih baik. Namun, turunnya bursa saham dan melemahnya mata uang rupiah menunjukkan bahwa Indonesia memang tidak bisa menghindar sepenuhnya dari krisis keuangan dunia.

Perekonomian Indonesia memang tumbuh melambat seperti juga yang terjadi di negara-negara lain. Ekonomi bertumbuh sebesar 5,2% pada kuartal IV/2008 dibandingkan kuartal yang sama tahun sebelumnya akibat menurunnya permintaan dunia terhadap produk-produk komoditas. Akibatnya, perekonomian Indonesia bertumbuh sebesar 6,1% pada 2008 dibandingkan dengan 6,3% pada 2007.

Pemerintah memprediksi bahwa pertumbuhan ekonomi di tahun 2009 akan lebih rendah dari tahun sebelumnya, berkisar antara 4,0% sampai 4,5%. Bank Indonesia memprediksi pertumbuhan ekonomi sekitar 4,0% atau bahkan lebih rendah apabila pelemahan ekonomi global lebih besar dari perkiraan sebelumnya. Namun, pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun ini akan jauh lebih baik dibandingkan dengan negara-negara lain di Asia.